SELAMATKAN BUMI

by; m. iman taufiqurrahman


~ BUMI untuk manusia ~

Manusia dengan bumi ini terikat oleh ikatan kuat sunnatullah. Sudah sunnatullah (ketetapan Allah) bahwa bumi ini disediakan (diciptakan) oleh Allah untuk kepentingan manusia, “kholaqo lakum Maa Fil Ardhi Jami’an” (Allah cipatakan segala apa yang ada dimuka bumi ini untuk manusia). Firman Allah SWT : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di BUMI untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. “(QS. 2:29). Oleh karena itu manusia dipersilahkan oleh Allah untuk memanfaatkan segala kandungan bumi ini selama dihalalkan oleh Allah. Firman Allah: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di BUMI dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2:168)

Allah juga telah mendesain bumi ini agar cocok didiami oleh manusia. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka BUMI dan Kami adakan bagimu di muka BUMI itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. 7:10).

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan BUMI dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS. 14:32)

Dan Kami telah menghamparkan BUMI dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (QS. 15:19)

Dan Kami telah menjadikan untukmu di BUMI keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. (QS. 15:20) Lihat juga QS 16:13-15, 20:53, 21:31, 22:65, 27:61, 40:64, 43:10, 45:13, 50:7, 51:48, 54:12, 55:10, 71:19-20, dan 78:6

Ayat-ayat diatas dengan jelas menunjukan bahwa BUMI ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia dan telah mendesain bumi ini menjadi tempat yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal bagi manusia.

Allah berfirman: Di BUMI itu kamu hidup dan di di BUMI itu kamu mati, dan dari BUMI itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS. 7:25)

Dari BUMI (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. 20:55)

~ Jangan Rusak Bumi ini ! ~

Yang perlu dicatat: JANGAN RUSAK BUMI INI!.

Jadi walaupun bumi ini di sediakan oleh Allah untuk tinggal dan hidupnya manusia, tetapi Allah mengingatkan manusia agar tidak merusak bumi ini. Firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka BUMI, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. 7:56)

Sumber kerusakan dimuka bumi ini adalah kekuasaan yang kafir dan nifaq terhadap hukum Allah SWT, Firman Allah SWT: Maka apakah kiranya jika kamu BERKUASA kamu akan membuat kerusakan dimuka BUMI dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (QS. 47:22)

Seperti halnya kekuasaan (pemerintahan) Fir’aun dahulu, firman Allah SWT: Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka BUMI dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28:4)


Sebenarnya setiap unsur masyarakat baik rakyat maupun pemerintahan berkewajiban mewujudkan ketertiban, kedamaiaan, kesejahteraan dan kebaikan. Tetapi Negara (state) adalah institusi yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama masyarakat, yaitu ketertiban, kedamaian dll. Sementara itu rakyat dituntut tunduk kepada hukum Negara.

Mengapa jika masyarakat diatur oleh kekuasaan kafir ini akan melahirkan kerusakan (fasad) di muka bumi?. Jawabanya :

Karena kekuasaan kafir / nifaq ini pasti akan memberlakukan hukum Jahiliyyah (5:50), yaitu hukum produk ra’yu (rasio) manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia itu bodoh (tidak tahu apa-apa) dibanding Allah yang menciptakannya. Sebenarnya manusia itu tidak tahu (lam ya’lam) apa yang terbaik dan terburuk bagi dirinya sendiri, alam dan kehidupan. Hanya Allah-lah yang tahu betul (Al-Aliem) apa yang terbaik dan terburuk bagi dirinya, alam dan kehidupan. Oleh kjarena itu Hanya Allahlah yang berhak mengajari manusia atas apa yang baik dan buruk serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia (96:1-5). Dan Allah akan mengajari manusia dengan Al-Qur’an (55:1-4). Ini artinya hanya hukum Allah (syari’at) yang akan menjadi hukum yang tepat untuk mengatur dan mentertibkan kehidupan manusia di bumi ini.



~ Manusia Untuk Bumi ~

Karena bumi ini tidak boleh dirusak, maka Allah wariskan bumi ini hanya kepada hamba-hamba Allah yang shaleh, firman Allah: “Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya BUMI ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. 21:105)

Bumi diciptakan oleh Allah sebagai tempat tinggal dan penghidupan bagi manusia. Tetapi jangan kamu tinggal dan hidup dibumi dengan membuat kerusakan. Oleh karena itu Allah wariskan bumi ini untuk diollah (dimakmurkan) oleh hamba-hamba Allah yang shaleh dalam bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah).

Firman Allah:“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di BUMI untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. “(QS. 2:29) Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka BUMI. Mereka berkata:Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di BUMI itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30).


Memang kekuasaan akan cenderung kepada kerusakan dan pertumpahan darah, kecuali kekuasaan yang berdasar Ilmu (hukum Allah). Makanya Allah Al-Aliem kemudian mengajari Adam dengan wahyunya, tentu agar Adam AS kelak berkuasa dibumi dengan menerapkan syari’ah. Kekuasaan yang menerapkan syari’ah sebagai hukum inilah yang disebut Khilafah.

Atau seperti firman Allah kepada Daud AS sebagai Penguasa baru dimesir. “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka BUMI, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. 38:26).

Allah berjanji bahwa pasti akan tegaknya kekuasaan islam (khilafah), dan jika tegak akan terjamin 3 hal (24:55):
1. Dinul Islam tegak
2. Tercipta rasa aman (keadilan, ketentraman, kedamaian, ketertiban dll)
3. Bebas beribadah kepada Allah tanpa ada kekuatan yang memaksa musyrik

Wallahu a’lam bishawab.

1 komentar:

ANNAS mengatakan...

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu


Posting Komentar

 
© 2009 - Cahaya Terang | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top