PUTERAKU: engkau ada dalam asuhan abimu

Mencintai dan menyenangi “anak-anak” adalah sesuatu yang wajar, Allah Ar-Rahman yang telah menanamkan rasa cinta tersebut sebagai ‘warna keindahan’ dalam hidup manusia.

Firman Allah Ta’ala: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, ANAK-ANAK, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. 3:14)

Tetapi Allah Ta’ala kemudian menawarkan keindahan yang lebih bagi orang mukmin- muttaqin, yaitu “JANNAH” (Surga) dan “Ridwan Minallah” (keridlo’an dari Allah)

Firman Allah Ta’ala: “Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah; Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. 3:15)

Harta dan ANAK-ANAK adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. 18:46)
Oleh karena itu, Para orang tua yang dikaruniai anak sebagai “warna indah kehidupan” , mestilah hati hati. Sebab tidak semua keindahan dunia ini akan menghantarkan kepada “Jannah” dan “ridla”-Nya. “Warna Indah Kehidupan” ini adalah ‘fitnah’ ; ujian atau cobaan dari Allah SWT.

Firman Allah Ta’ala : “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan ANAK-ANAK mu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ” (QS. 8:28)

Allah Ar-Rahman memberi percobaan kepada para Orang Tua agar mampu menhantarkan jiwa taqwanya hingga anak-anak itu sanggup memenuhi tugas hidupnya, yaitu ibadah (mengabdi) hanya kepada allah saja.

Kesuksesan menghantarkan ‘jiwa taqwa’ anak-anak akan menyebabkan anak-anak menjadi Qurrota A’yun (permata hati), penyejuk jiwa, penyenang hati dan Hiasan Abadi yang akan menolong dan mendu’akan kebaikan bagi kedua orang tuanya.

Firman Allah ta’ala: “Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan KETURUNAN kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 25:74)

Tetapi sebaliknya, jika gagal menghantarkan jiwa taqwa anak-anak, maka pastilah anak-anak itu akan menjadi “ADUWWUN” ; musuh.

Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan ANAK-ANAKmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (QS. 64:14)

Bukankah Allah telah menampakan kisah putranya Nabi Nuh dan Nabi Luth, yang kemudian menjadi “musuh” bagi perjuangan orang tuanya. Untuk kemudian menghambat kesuksesan misi yang diemban dan diperjuangan orang tuanya.

Tengoklah kegigihan orang tua yang bernama “Ibrahim” dan “Ya’qub” dalam menghantarkan jiwa taqwa anaknya. Mereka tetap berwasiat taqwa kepada anaknya di detik-detik terakhir desahan nafasnya

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada ANAK-ANAKnya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): Hai ANAK-ANAKku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. (QS. 2:132)

Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada ANAK-ANAKnya: Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab: Kami akan menyembah Ilah-mu dan Ilah nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) ilah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya. (QS. 2:133)

Tengoklah du’a ibunda “keluarga Imran” yang berdo’a dan bernadzar untuk mewaqafkan anaknya dijalan perjuangan Fisabilillah, ketika ia mengandung anaknya.

(Ingatlah), ketika isteri Imran berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 3:35)

Tengoklah Luqman “yang Bijak” merawat dan mendidik anak-anaknya dengan Aqidah dan akhlaq yang terpuji.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS. 31:13). Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 31:15). (Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. 31:16). Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. 31:17). Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 31:18). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. 31:19)

:: :: Catatan:
~ Teruntuk Istriku yang baru saja melahirkan keturunanku yang keempat, dan telah Bernadzarl untuk mewaqafkan anakmu yang baru lahir ini, di jalan Allah. Jangan bersumpah untuk “memiliki” anakmu kelak. Anak-anak kita adalah anak-anak “FISABILILLAH” bukan milik kita.
~ Teruntuk anak-anaku : (Adhiya Shibghatullah Mujahidi :: Wildan Muharrik shibghatullah :: Zidan Zein Shibghatullah), dan yang baru lahir: "ILMAN ASKARI SHIBGHATULLAH", Maafkan Abimu jika kurang sanggup mendidikmu seperti luqman “yang Bijak”.
~ Teruntuk Ikhwani wa akhwaty : Mohon do’anya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 - Cahaya Terang | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top