CINTA BERBALUT KESABARAN


by: m. iman taufiqurrahman

Perintah Hijrah dikumandangkan Rasulullah SAW. Bergeraklah ummat Islam menuju kota yang diisyaratkan Rasulullah, yaitu Yatsrib (Madinah). Ummu Salamah beserta suaminya tidak ketinggalan, menunaikan seruan suci Rasulullah SAW. Sambil mengais anaknya Ummu Salamah dan suaminya bergerak menuju Yatsrib.

Rupanya perjalanan jauh ke tanah Yatsrib bukanlah tanpa resiko. Di tengah jalan, sekelompok Bani Makhzum mencegat mereka. Dengan penuh kebencian Gerombolan Bani Makhzum itu merebut dan memisahkan Ummu Salamah dan anaknya dari suaminya. Ummu Salamah dan anaknya menjadi tawanan Bani Makhzum dan ditahan di Makkah, sementara suaminya (dengan penuh kesedihan), meneruskan perjalanan menuju Madinah.


Di Makkah, anaknya Ummu Salamah ditawan dan dipisahkan dari Ummu Salamah. Tinggalah Ummu Salamah seorang diri dengan penuh keperihan karena dipisahkan dengan paksa dari suami dan buah hatinya. Hari demi hari betul betul menusuk hati Ummu Salamah di bawah penjagaan ketat Bani Makhzum terhadapnya. Tiada kabar sedikitpun tentang keberadaan suami dan anaknya.
Ummu Salamah melalui hari hari dengan penuh kesabaran tanpa penyesalan dan umpatan sedikitpun, ia sadar ini adalah cobaan dari Sang Pencipta karena keteguhannya dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Gelora cinta kepada suami dan anaknya membara lebih panas daripada api yang menghanguskan hutan rimba. Tetapi sikap mental prima penuh kesabaran menempanya untuk tetap teguh. Do’a dan harapan menjadi hiasan setiap waktunya; “CINTA BERBALUT KESABARAN” subhanallah.

Do’a dan harapan Ummu Salamah naik meniti tangga amal shalehnya hingga arasy Allah.
Tumbuh rasa iba dari Bani Makhzum, setelah lama menawan Ummu Salamah dengan penderitaannya. Hingga suatu hari mereka mengijinkan Ummu Salamah untuk pergi dan melepas penahanannya. Bahkan anaknyapun dipertemukan dengan Ummu Salamah. Pergilah Ummu Salamah menyusul suaminya yang telah pergi ke Yatsrib.

Di Yatsrib air mata Ummu Salamah menetes penuh haru tatkala bertemu dengan suaminya. Haru dan rasa senang tiada tara tertumpah ruah. Hangatnya cinta Ummu Salamah terhadap keluarganya menampilkan drama indah penuh keharuan dalam salah satu episode hidupnya.

Abu Salamah (suami Ummu salamah), tentu lebih berbahagia lagi. Dia mendapat istri yang mendampinginya dengan penuh cinta dan kesabaran. Tetapi Cinta Abu Salamah terhadap istrinya tidak melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Hingga ketika terompet perang Uhud di tiup, Abu Salamah tanpa ragu keluar rumah dan meninggalkan istrinya maju ke medan tempur.
_____
Abu Salamah pulang Dari medan tempur Uhud dengan luka luka parah, hingga membengkak. Disaat Ummu Salamah dengan telaten mengobati luka parahnya, Abu Salamah berkata: “Wahai Ummu Salamah! Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apabila seseorang terkena musibah, hendaklah ia mengucapkan innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.” Kemudian, Abu Salamah menambahkan: “Ya Allah, kukembalikan kepadamu seluruh musibah yang mengenaiku. Ya Allah, berikanlah kepada istriku yang lebih baik dari diriku.”

Angin dingin berhembus pelan mengiringi kematian suami tercinta. Tetapi Ummu Salamah berkata: “Tidak ada lelaki yang terebaik selain Abu Salamah, sehingga tidak aka nada yang sanggup menggantikan Abu Salamah yang telah tiada”.

Ummu Salamah juga mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : "Seseorang yang tertimpa musibah lalu ia berkata : inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan berdoa : Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya). Niscaya Allah akan memberinya pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik." (HR. Muslim 3/37-38). Tatkala Abu Salamah (suaminya) meninggal, dia mengucapkan apa yang dikatakan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam.

Setelah masa berkabung karena ditinggal suaminya, Ummu Salaamah didatangi Abu Bakar untuk dilamarnya, Ummu Salamah menolaknya. Begitupun ketika Umar Bin Khathab dating dengan maksud yang sama, sikap Ummu Salamah adalah sama yaitu menolak lamaran Umar.

Kemudian, giliran Rasulullah datang melamar Ummu Salamah dan ia pun menjawab: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai tiga sifat kekurangan. Pertama: aku seorang wanita pencemburu, oleh karena itulah aku takut engkau melihat kekurangan itu dariku sehingga membuatmu marah dan Allah akan mengazabku. Kedua: aku seorang wanita lanjut usia . Dan, ketiga: aku seorang janda yang sudah mempunyai anak.”

Mendengar alasan tersebut, Rasulullah bersabda: “Adapun yang engkau uraikan tentang kecemburuanmu, maka sesungguhnya aku berdoa kepada Allah agar dihilangkan-Nya sifat cemburumu itu. Adapun alasan karena engkau sudah lanjut usia, maka sesungguhnya aku sama sepertimu. Dan, adapun karena engkau seorang janda yang sudah mempunyai anak, maka sesungguhnya anakmu adalah anakku juga.”

Kemudian, Rasulullah pun menikah dengan Ummu Salamah. Dan, Allah telah mengabulkan doa Ummu Salamah serta mengganti untuknya dengan yang lebih baik, yaitu Rasulullah suri teladan umat manusia. “CINTA YANG BERBALUT KESABARAN” subhanallah. Allah ganti Abu salamah yang syahid dengan Muhammad SAW yang penghulu syuhada. Inilah buah dari kesabaran. Dengan sabar maka derita akan diganti dengan yang lebih baik.

Cinta Ummu salamah pun tertumpah ruah kepada suaminya yang baru yaitu kepada Muhammad SAW, dan ia tetap sabar membela dan mencintai suaminya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Subhanallah akhi... good


Posting Komentar

 
© 2009 - Cahaya Terang | Free Blogger Template designed by Choen

Home | Top